animasi-bergerak-kesehatan-0037

Rabu, 30 Januari 2019

Obat kotikosteroid

Kortikosteroid



Kortikosteroid adalah obat yang mengandung hormon steroid yang berguna untuk menambah hormon steroid dalam tubuh bila diperlukan, dan meredakan peradangan atau inflamasi, serta menekan kerja sistem kekebalan tubuh yang berlebihan.
Kortikosteroid, seperti cortisone atau hydrocortisone, diproduksi secara alami di kelenjar adrenal bagian terluar atau korteks. Sementara itu, kortikosteroid dalam bentuk obat disebut kortikosteroid sintetis dengan cara kerja dan manfaat yang sama dengan kortikosteroid alami.
Contoh-contoh kortikosteroid sintetis adalah:
  • Betametason
  • Dexamethasone
  • Methylprednisolone
  • Prednison
  • Prednisolone
  • Triamcinolone.
Berikut ini sejumlah kegunaan kortikosteroid dalam menangani kondisi-kondisi seperti:
  • Asma
  • Rheumatoid arthritis
  • Bronkitis
  • Kolitis ulseratif dan penyakit Crohn
  • Reaksi alergi pada kulit, mata, atau hidung.
Obat ini bekerja dengan cara masuk ke dinding sistem sel imun untuk mematikan zat yang bisa melepaskan senyawa-senyawa yang menjadi pemicu peradangan.
Cara Membaca Resep Dokter

Setiap berobat ke dokter pastilah sang dokter akan mendiagnosa penyakit dan kemudian akan menuliskan resep untuk kita tebus. Selanjutnya kita akan langsung meluncur ke Apotek terdekat untuk menebus dan membayarnya . betul??

Sekarang setelah mendapat resep dari dokter ada baiknya kita melihat isi dari resep. Saya yakin sebagian atau bahkan hampir semua dari kita tidak bisa membaca resep dari dokter. Disini saya akan berbagi sedikit pengetahuan tentang resep .

Resep
Resep merupakan permitaan tertulis dari seorang Dokter,Dokter Gigi atau Dokter Hewan kepada Apoteker untuk meracik atau menyiapkan dan menyerahkan sejumlah obat kepada pasien.

Unsur-unsur resep:
1. Identitas 
Dokter Nama, nomor surat ijin praktek, alamat praktek dan rumah dokter penulis resep serta dapat dilengkapi dengan nomor telepon dan hari serta jam praktek. Biasanya sudah tercetak dalam blanko resep. 
2. Nama kota (sudah dicetak dalam blanko resep) dan tanggal ditulis resep 
3. Superscriptio 
Ditulis dengan symbol R/ (recipe=harap diambil). Biasanya sudah dicetak dalam blanko. Bila diperlukan lebih dari satu bentuk sediaan obat/formula resep, diperlukan penulisan R/ lagi. 
4. Inscriptio 
Ini merupakan bagian inti resep, berisi nama obat, kekuatan dan jumlah obat yang diperlukan dan ditulis dengan jelas 
5. Subscriptio 
Bagian ini mencantumkan bentuk sediaan obat (BSO) dan jumlahnya. Cara penulisan (dengan singkatan bahasa latin) tergantung dari macam formula resep yang digunakan. Contoh: - m.f.l.a. pulv. d.t.d.no. X - m.f.l.a. sol - m.f.l.a. pulv. No XX da in caps 
6. Signatura 
Berisi informasi tentang aturan penggunaan obat bagi pasien yaitu meliputi frekuensi, jumlah obat dan saat diminum obat, dll. Contoh: s.t.d.d.tab.I.u.h.p.c ( tandailah tiga kali sehari satu tablet satu jam setelah makan) 
7. Identitas 
pasien Umumnya sudah tercantum dalam blanko resep (tulisan pro dan umur). Nama pasien dicantumkan dalan pro. Sebaiknya juga mencantumkan berat badan pasien supaya kontrol dosis oleh apotek dapat akurat. 

TATA CARA PENULISAN RESEP 
Tidak ada standar baku di dunia tentang penulisan resep. Untuk Indonesia, resep yang lengkap menurut SK Menkes RI No. 26/2981 (BAB III, pasal 10) memuat: 
1. Nama, alamat, Nomor Surat Ijin Praktek Dokter (NSIP) 
2. Tanggal penulisan resep 
3. Nama setiap obat/komponen obat 
4. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep 
5. Tanda tangan/paraf dokter penulis resep 
6. Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat dengan jumlah melebihi dosis maksimum. 
Contoh Resep:

RESEP 1
R/ pct 500 no. X
S 2 dd 1 ac

Artinya: ambillah paracetamol dosis 500mg berisi 10 tablet yang jangan lupa diberikan dua kali sehari sebelum makan 

Proses Pengadaan Barang Untuk Apotek



Proses pengadaan barang untuk kebutuhan Apotek dapat dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:

a.       Perencanaan

   Tujuan perencanaan adalah agar proses pengadaan perbekalan farmasi/obat yang ada di apotek menjadi lebih efektif dan efisien dan sesuai dengan anggaran yang tersedia.Perencanaan obat dikatakan baik apabila pembelian memenuhi beberapa ketentuan antara lain: jumlah obat sesuai dengan kebutuhan, pembelian mampu melayani jenis obat yang diperlukan pasien dan jumlah pembelian menunjukkan keseimbangan dengan penjualan secara proporsional. Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004, dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi perlu diperhatikan: pola penyakit, kemampuan masyarakat, dan budaya masyarakat.

Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menyusun perencanan pengadaan perbekalan farmasi adalah :

1.      Pemilihan pemasok. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah :

a)    Legalitas pemasok (Pedagang Besar Farmasi/PBF)

b)   Service, meliputi ketepatan waktu, ketepatan barang yang dikirim, ada    tidaknya diskon atau bonus, layanan obat kadaluarsa, dan tenggang rasa penagihan.

c)    Kualitas obat, perbekalan farmasi lain dan pelayanan yang diberikan.

d)   Ketersediaan obat yang dibutuhkan.

e)    Harga sama.

2.      Ketersediaan barang/ perbekalan farmasi.

a)    Sisa stok.

b)   Rata-rata pemakaian obat dalam satu periode pemesanan.

c)    Frekuensi pemakaian.

d)   Waktu tunggu pemesanan.

b.      Pengadaan

Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan sediaan farmasi harus melalui jalur resmi. Pengadaan barang dapat melalui 2 cara yaitu pembelian dan konsinyasi. Pembelian barang di apotek sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan setempat. Prosedur pembelian meliputi tahap-tahap sebagai berikut :

1.      Persiapan

Pengumpulan data obat dan perbekalan farmasi yang akan dipesan berdasarkan buku defecta (buku barang habis) baik dari bagian penerimaan resep, obat bebas maupun dari gudang.

2.      Pemesanan

Pemesanan dilakukan dengan menggunakan Surat Pemesanan (SP) untuk setiap supplier. Surat pemesanan di Apotek ada tiga macam yaitu surat pesanan narkotika, surat pesanan psikotropika, dan surat pesanan untuk obat selain narkotika dan psikotropika.  SP minimal dibuat 2 rangkap (untuk supplier dan arsip apotek) dan ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nama dan nomor SP serta cap apotek. SP pembelian Narkotik dibuat 5 rangkap, 1 lembar merupakan arsip untuk administrasi apotek dan 4 lembar dikirim ke PBF Kimia Farma, selanjutnya PBF Kimia Farma menyalurkan kepada kepala Dinas kesehatan Kota/Kabupaten, BPOM dan penanggungjawab Narkotika di Depot Kimia Farma Pusat. Satu lembar surat pesanan untuk memesan satu jenis narkotika. SP untuk psikotropika, format telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan, dibuat rangkap 3, satu lembar (asli) untuk PBF dan dua lembar (tembusan) untuk arsip apotek dan pengecekan barang datang. Dalam satu SP dapat memuat lebih dari satu item obat, pemesanan bisa dilakukan selain PT. Kimia Farma.

3.      Barang yang datang dicocokkan dengan faktur dan SP (Surat Pesanan).

Faktur tersebut rangkap 4-5 lembar, dimana untuk apotek diberikan 1 lembar sebagai arsip, sedangkan yang lainnya termasuk yang asli dikembalikan ke PBF yang akan digunakan untuk penagihan dan arsip PBF. Faktur tersebut berisikan nama obat, jumlah obat, harga obat, bonus atau potongan harga, tanggal kadaluarsa, dan tanggal jatuh tempo. Faktur ini dibuat sebagai bukti yang sah dari pihak kreditur mengenai transaksi penjualan (Hartini dan Sulasmono, 2007).

SP digunakan untuk mencocokkan barang yang dipesan dengan barang yang dikirim. Selain itu dicek apakah barang dalam keadaan utuh, jumlah sama dengan permintaan dan sesuai pada faktur tanggal kadaluarsa sesuai dengan faktur atau tidak. Setelah sesuai dengan pesanan, APA atau AA yang menerima dan menandatangani faktur, memberi cap dan nama terang serta nomor SIPA apoteker sebagai bukti penerimaan barang. Barang yang telah diterima kemudian dimasukkan ke gudang dan dicatat dalam kartu stok (Hartini dan Sulasmono, 2007.)

Untuk obat-obat yang memiliki waktu kadaluarsa, dalam pembeliannya diperlukan perjanjian mengenai batas waktu pengembalian ke PBF bersangkutan jika sudah mendekati waktu kadaluarsa obat. Jika tidak cocok atau tidak sesuai maka barang akan dikembalikan melalui petugas pengantar barang.

Kebijaksanaan pengelolaan Apotek terutama dalam hal pembelian barang sangat menentukan keberhasilan usaha. Beberapa cara pembelian barang yaitu:

1)        Pembelian dalam jumlah terbatas (Hand to mouth buying)\

Pembelian dilakukan sesuai dengan kebutuhan dalam jangka waktu yang pendek, misalnya satu minggu. Pembelian ini dilakukan bila modal terbatas dan PBF berada tidak jauh dari Apotek, misalnya berada dalam satu kota dan selalu siap melayani kebutuhan obat sehingga obat dapat dikirim (Anief, 2008).

2)        Pembelian secara spekulasi

Cara pembelian ini dilakukan dalam jumlah yang lebih besar dari kebutuhan, dengan harapan ada kenaikan harga dalam waktu dekat atau dikarenakan adanya diskon atau bonus. Meskipun pembelian secara spekulasi memungkinkan mendapatkan keuntungan yang besar tetapi cara ini mengandung resiko yang besar untuk obat-obatan dengan waktu kadaluwarsa yang relatif dan yang bersifat slow moving (Anief, 2008).

3)        Pembelian terencana

Cara pembelian ini erat hubungannya dengan pengendalian persediaan barang. Pengawasan stok obat/barang sangat penting untuk mengetahui obat/barang mana yang laku keras dan mana yang kurang laku. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan kartu stok. Selanjutnya dilakukan perencanaan pembelian sesuai dengan kebutuhan per item (Anief, 2008)

Selain itu ada juga pembelian Cash on delivery (COD) yaitu untuk barang-barang narkotika dari PBF Kimia Farma. Ketika barang datang, pembayaran tunai langsung dilakukan. Pemesanan narkotika hanya dapat dilakukan pada satu distributor, yaitu pada PBF Kimia Farma.

c.       Penyimpanan Barang


Barang-barang farmasi disimpan dalam tempat yang aman tidak terkena sinar matahari langsung, bersih dan tidak lembab, disusun sistematis berdasarkan bentuk sediaan, khusus antibiotik disusun tersendiri. Penyusunan dan penyimpanan barang dilakukan secara sistematis dapat dikelompokkan berdasarkan kategori teraupetik (farmakologi), bentuk sediaan (cair, semi padat, dan padat), First In First Out (FIFO), First Expire First Out (FEFO), secara alfabetis, pabrik (produsen) dan sifat sediaan. Untuk narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus (Hartono, 2003). Penyimpanan narkotika berdasarkan UU No. 9 tahun 1976 tentang narkotika, bahwa narkotika disimpan pada almari berukuran 40x80x100 cm, dapat berupa almari yang dilekatkan di dinding atau menjadi satu kesatuan dengan almari yang besar. Almari tersebut mempunyai 2 kunci, yang satu untuk menyimpan narkotika sehari-hari dan yang lainnya untuk narkotika persediaan dan morfina/pethidin dan garam-garamnya (Anonim, 1997 b). Untuk bentuk sediaan suppositoria, injeksi insulin, vaksin atau serum disimpan dalam lemari pendingin. Sedangkan untuk bahan yang mudah terbakar disimpan secara terpisah. Ruang untuk penyimpanan hendaknya dapat dipertanggungjawabkan dari segi keamanannya, sehingga tidak mudah hilang dan juga untuk memudahkan pengawasan serta menjaga stabilitas obat. Hal ini akan lebih memudahkan dan mempercepat dalam pengelolaan barang

Aqua aromatika

Aqua Aromatika

Cara membuat Aqua Aromatika


Nama Resmi : OLEUM ROSAE
Nama Lain : Minyak mawar, Rose oil
Tanaman asal : Rosa gallica, Rosa damascena, Rosa alba, dan varietas Rosa lainnya
Keluarga : Rosaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Geraniol, parafin, nerol, dan eugenol
Penggunaan : Bhan pewangi
Pemerian : Cairan tidak berwarna atau berwarna kuning, bau aromatik seperti bunga mawar, dan rasa khas. pada suhu 250C, minyak mawar kental. jika didinginkan, perlahan lahan berubah menjadi massa hablur, jika dipanaskan, mudah melebur
Cara memperoleh : Minyak atsiri diperoleh dengan penyulingan uap bunga segar
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
Aqua aromatik Adalah larutan jenuh minyak atsiri atau zat-zat yang beraroma dalam air. Diantaranya air aromatika, ada yang mempunyai daya terapi yang lemah, tetapi terutama digunakan untuk memberi aroma pada obat-obatan atau sebagai pengawet.
            Air aromatic harus mempunyai baud an rasa yang menyerupai bahan asal, bebas bau empirematic atau bau lain, tidak berwarna dan tidak berlendir.
Cara pembuatan :
·         Larutkan minyak atsiri sejumlah yang tertera dalam masing-masing      monografi dalam 60 ml etanaol 95%.
·         Tambahakan air sedikit demi sedikit sampai volume 100 ml sambil dikocok kuat-kuat.
·         Tambahakan 500 mg talc, kocok, diamkan, saring
·         Encerkan 1 bagian filtrat dengan 39 bagian air.

Etanol disini berguna untuk menambah kelarutan minyak atsiri dalam air. Talcum berguna untuk membantu terdistribusinya minyak dalam air dan menyempurnakan pengendapan kotoran sehingga aqua aromatik yang dihasilkan jernih.
Selain cara melarutkan seprti ini yang tertera dalam FI II, buku lain juga mencantumkan aqua aromatik adalah hasil samping dari pembuatan olea volatilia secara penyulingan sesudah diambil minyak atsirinya.
Aqua aromatik yang diperoleh sebagai hasil samping pembuatan minyak atsiri secara destilasi dapat dicegah pembusukan dengan cara mendidihkan dalam wadah tertutup rapat yang tidak terisi penuh penangas air selama 1 jam.
Pemerian:
Cairan jernih, atau agak keruh, bau dan rasa tidak boleh menyimpang dari    bau dan rasa minyak atsiri asal.
Syarat untuk resep:
Jika air aromatik keruh, kocok kuat-kuat sebelum digunakan.

Penyimpanan:
Dalam wadah tertutup rapat, terlindungi dari cahaya, di tempat sejuk.
Khasiat:
Zat tambahan.


Air aromatik yang tertera dalam FI II ada 3 (tiga) yaitu :
1. Aqua Foeniculi
Adalah larutan jenuh minyak adas dalm air. Aqua foeniculi dibuat dengan melarutkan 4 g oleum foeniculi dalam 60 ml etanol 90%, tambahkan air sampai 100 ml sambil dikocok kuat-kuat, tambahkan 500 mg talc, kocok, diamkan, saring.Encerkan 1 bagian filtrat dalam 39 bagian air.
*Pemerian , pemyimpanan sama seperti aqua aromatik.
2. Aqua Menthae Piperitae atau air permen
            Adalah larutan jenuh minyak permen dalm air.
Cara pembuatan : lakukan pembuatan menurut cara yang tetera pada aqua aromatika dengan menggunakan 2 g minyak permen.
Pemerian, penyimpanan dan syarat untuk resep sama seperti aqua aromatik.
3. Aqua Rosae = air mawar
            Adalah larutan jenuh minyak mawar dalam air.
Cara pembuatan : larutkan 1 g minyak mawar dalam 20 ml etanol, saring.Pada filtrat tambahkan air secukupnya hingga 5000 ml, saring.
Khusus untuk aqua foeniculi jangan disimpan ditempat sejuk karena anetol akan maenghablur, jadi disimpan pada suhu kamar, kalau keruh kocok dulu sebelum digunakan.Aqua feoniculi bila menghablur harus dipanaskan pada suhu 25 ÂșC dan kemudian dikocok kuat-kuat,sebelum digunakan harus disaring.

 



Cara membuat balsem

CARA PEMBUATAN BALSEM


CARA PEMBUATAN BALSEM 
 Sebelum kita memulai membuat balsem, pertama kita harus mengetahui tentang balsem. Balsem merupakan sediaan dengan tekstur seperti salep, mengandung bahan aktif tertentu, yang digunakan sebagai obat luar dengan cara pengolesan kulit dengan fungsi umum untuk melindungi, melemaskan kulit dan atau untuk menghilangkan rasa sakit. Dengan memilih jenis minyak atsiri sebagai bahan aktif balsam, maka dapat diperoleh berbagai kegunaan spesifikasi balsam, antara lain untuk meringankan sakit kepala, sakit perut, sakit gigi, menghilangkan gatal-gatal akibat gigitan serangga, pegal-pegal, pilek dan jarum tersumbat kaena flu, juga untuk pijat dan kerik. 
untuk pembuatan balsem diperlukan bahan sebagai berikut: 
a. Vaselin     
b. Parafin
c. Minyak peppermint 
d. Menthol 
e. Minyak gandapura 
f. Minyak pala 
g. Minyak kayu putih 

Prosedur: 
Kebutuhan bahan:
Total massa bahan = 100 gram, untuk 3 produk dengan variasi minyak atsiri yang berbeda. 
1. Vaselin 77 gram (untuk 3 produk) 
2. Parafin 23 gram (untuk 3 produk) 
3. Minyak peppermint 7,7 gram (untuk 3 produk) 
4. Menthol 5,1 gram (untuk 3 produk) 
5. Minyak gandapura 2 , 6 ml (untuk 3 produk) 
6. Minyak sereh 6,4 ml (untuk 2 produk) 
7. Minyak pala / kayu putih 6,4 ml (untuk 2 produk)

Mula-mula parafin dipotong-potong untuk memudahkan pekerjaan. Selanjutnya parafin dan vaselin masing-masing ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam wadah. Wadah bersama isinya lalu dipanaskan sampai seluruh bahan lumer, sambil sekali-sekali diaduk gunakan bahan bercampur homogen. Selanjutnya bahan yang telah dibagi menjadi tiga dan dituang ke masing-masing wadah. Setiap wadah memiliki kandungan bahan aktif yang berbeda-beda. pada wadah 1, bahan lumer ditambah dengan mentol, minyak peppermint, minyak gandapura dan minyak kayu putih. Pada wadah 2, bahan lumer ditambah dengan mentol, minyak peppermint, minyak gandapura dan minyak sereh wangi. Dan pada wadah 3, bahan lumer ditambah dengan mentol, minyak peppermint, minyak gandapura, minyak sereh wangi dan minyak kayu putih. Bahan-bahan yang terdapat dalam wadah-wadah tersebut diaduk hingga semua bahan tercampur rata, jika bahan-bahan aktif tidak larut atau tidak bercampur sempurna dengan basisnya maka balsam yang dihasilkan akan tampak berbintik-bintik atau berbutir-butir. Dalam keadaan panas balsam dimasukkan ke dalam pot balsam, kemudian segera ditutup rapat agar bahan aktifnya tidak menguap. Agar balsam yang diperoleh memiliki massa yang cukup baik dan tidak mencair selama penyimpanan, jumlah bahan aktif tidak boleh lebih dari 30% ,. Komposisi minyak atsiri sebagai bahan aktif balsam bervariasi pada masing-masing wadah. Wadah 3, memiliki komposisi mentol lebih banyak daripada wadah 2 dan wadah 1, sehingga memiliki aroma mentol yang lebih kuat. Wadah 1 memiliki komposisi minyak gandapura lebih banyak dari wadah 2, dan wadah 3. Sementara pada wadah 2 memiliki komposisi mentol dan minyak gandapura sedang, namun memiliki komposisi minyak sereh yang banyak mengandung aroma khas minyak atsiri yaitu minyak sereh. Wadah 3 memiliki komposisi bahan yang lebih banyak daripada wadah 2 dan wadah 1. Sinergi yang menimbulkan kompilasi dua atau lebih komponen minyak atsiri disatukan akan menghasilkan aktivitas ekstra yang lebih besar dari aktivitas yang dihasilkan oleh masing-masing komponen minyak atsiri tersebut. Minyak atsiri sebagai bahan aktif dapat digunakan tunggal atau campuran. Minyak atsiri yang memiliki efek kerja yang sama akan meningkatkan daya kerja. Wadah 3 memiliki komposisi bahan yang lebih banyak daripada wadah 2 dan wadah 1. Sinergi yang menimbulkan kompilasi dua atau lebih komponen minyak atsiri disatukan akan menghasilkan aktivitas ekstra yang lebih besar dari aktivitas yang dihasilkan oleh masing-masing komponen minyak atsiri tersebut. Minyak atsiri sebagai bahan aktif dapat digunakan tunggal atau campuran. Minyak atsiri yang memiliki efek kerja yang sama akan meningkatkan daya kerja. Wadah 3 memiliki komposisi bahan yang lebih banyak daripada wadah 2 dan wadah 1. Sinergi yang menimbulkan kompilasi dua atau lebih komponen minyak atsiri disatukan akan menghasilkan aktivitas ekstra yang lebih besar dari aktivitas yang dihasilkan oleh masing-masing komponen minyak atsiri tersebut. Minyak atsiri sebagai bahan aktif dapat digunakan tunggal atau campuran. Minyak atsiri yang memiliki efek kerja yang sama akan meningkatkan daya kerja.

saran:
1. agar balsam yang diperoleh memiliki massa yang cukup baik dan tidak mencair selama penyimpanan, jumlah bahan aktif tidak boleh lebih dari 30%. 

  • 2. menggunakan lebih dari 2 jenis minyak atsiri, karena sinergi yang timbul kompilasi dua atau lebih komponen minyak atsiri disatukan akan menghasilkan aktivitas tambahan yang lebih besar.